Panduan Teknologi Budidaya Padi SRI
TEKNOLOGI PERTANIAN SRI
Komponen budidaya SRI adalah seluruh kegiatan dan tindakan dalam budidaya SRI yang wajib dilakukan. Tindakan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan utama sebagai berikut:
Varietas, Benih, dan Persemaian
Varietas
Penyulaman
Pengendalian Hama dan Penyakit
Panen
Panen tepat waktu dengan benar menjamin perolehan hasil panen secara kuantitas maupun kualitas, yang akan menentukan tingkat pendapatan usahatani padi.
Sumber:
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Balitbangtan Kementerian Pertanian -
Komponen budidaya SRI adalah seluruh kegiatan dan tindakan dalam budidaya SRI yang wajib dilakukan. Tindakan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan utama sebagai berikut:
Varietas, Benih, dan Persemaian
Varietas
- Varietas unggul atau lokal, adaptif lingkungan spesifik, tahan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) utama yang terdapat di lokasi, sesuai anjuran (Lampiran 1).
- Umur panen sesuai dengan pola tanam atau ketersediaan air.
- Disarankan dilakukan pergiliran varietas.
- Benih bermutu/bersertifikat.
- Benih memiliki berat jenis tinggi, mempunyai mutu fisiologis (daya berkecambah dan vigor) tinggi, mampu memberikan pertumbuhan cepat dan seragam.
- Benih murni, bernas, bersih, dan sehat.
- Dormansi benih telah terlewati.
- Benih dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air garam 5%, volume air 2 kali volume benih, kemudian diaduk.
- Benih yang terapung, dipisahkan dengan benih yang tenggelam.
- Benih yang tenggelam berarti bernas dan baik untuk persemaian
- Sebelum disemai, benih direndam dalam air tawar selama 24 jam dan diperam satu malam.
- Lahan untuk pesemaian aman dari gangguan binatang,mudah diairi dan tidak dekat lampu untuk menghindari serangan hama.
- Media tumbuh pesemaian berupa campuran tanah dengan kompos jerami atau pupuk kandang dan abu dengan perbandingan tanah : kompos : abu 7 : 2 : 1. Kebutuhan benih 10 kg per ha.
- Pesemaian SRI dilakukan dengan cara kering (tidak digenang) dan dilakukan penyiraman setiap hari. Pesemaian bisa dilakukan di lahan sawah, lahan kering atau pekarangan dengan dilapisi plastik atau menggunakan nampan.
- Saat benih berkecambah, ditambahkan air.
- Pesemaian dipantau setiap 2-3 hari sekali untuk memonitor hama wereng, penggerek batang atau hama lain.
- Apabila terpantau hama di persemaian, dikendalikan menggunakan insektisida nabati-hayati.
- Bibit dalam pesemaian siap ditanam pada umur 5-7 HSS (hari setelah semai).
16 rumpun/m2 = tegel jarak tanam 25 cm x 25 cm
11 rumpun/m2 = tegel jarak tanam 30 cm x 30 cm
21 rumpun/m2 = jajar legowo 2:1 jarak tanam (25 cm x
12,5 cm) x 50 cm.
- Pemilihan jarak tanam tergantung kesuburan tanah dan varietas.
- Saat tanam kondisi air macak-macak
- Penanaman satu bibit per lubang (tanam tunggal, dangkal dan posisi akar membentuk huruf L)
Penyulaman
- Penyulaman tanaman dilakukan bila ada tanaman mati. Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah bibit yang diambil dari sisa bibit pesemaian yang ditanam di pinggir pematang.
- Penyulaman dilakukan sedini mungkin pada 5-7 HST agar pertumbuhan tanaman seragam.
- Pintu masuk air atau inlet dibuat pada pematang bagian depan dekat saluran tersier dan pada ujung petakan sawah dibuat “celah pintu” atau outlet pembuangan kelebihan air.
- Tinggi celah pintu pembuangan 5 cm dari permukaan tanah/lumpur, dapat bervariasi tergantung fase pertumbuhan tanaman padi.
- Sepuluh hari pertama setelah tanam, dilakukan penggenangan sedalam 2-5 cm, selanjutnya dibuat macak- macak, seterusnya secara intermitten, yaitu kondisi basah-kering dengan interval 7-10 hari selama fase vegetatif.
- Selanjutnya pada fase generatif, lahan digenangi lagi hingga ketinggian 2-5 cm di atas permukaan.
- Lahan dikeringkan pada 10-14 hari sebelum panen.
- Penyiangan dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu 10 hari. Setiap selesai penyiangan dilakukan penyemprotan suplement Pupuk Organik Cair (POC)/ Mikro Organisme Lokal (MOL).
- Penyiangan gulma secara manual dan mekanis menggunakan landak/gasrok atau “hand rotary”. Penyiangan dilakukan pada kondisi air macak-macak.
- Pupuk kompos atau bahan organik yang sudah lapuk diberikan pada saat pengolahan tanah atau menjelang tanam.
- MOL yang terbuat dari bahan-bahan alami disemprotkan secara periodik 10 hari sekali dimulai dari 10 HST dengan konsentrasi 1-2 l MOL/14 l air. MOL ditujukan sebagai tambahan nutrisi bagi tumbuhan. MOL dapat dibuat antara lain dari bahan limbah sayur-sayuran, buah-buahan, keong mas, buah maja, bonggol pisang, nasi, dan rebung bambu.
Sebagai bahan campurannya ditambahkan air bekas cucian beras, gula/molase/air kelapa dan urin sapi/kelinci yang difermentasi selama 10 – 15 hari.Pada tanah yang kurang subur, dapat diberikan tambahan pupuk kimia sesuai kebutuhan tanaman (Sheehy et al., 2004).
Pengendalian Hama dan Penyakit
- Tindakan pencegahan terhadap hama dan penyakit dilakukan sesuai kaidah Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), melalui pendayagunaan fungsi musuh alami dan pemantauan berkala.
- Pengendalian hama dimulai saat pengolahan tanah, pesemaian, hingga fase generatif tanaman, berdasarkan pada hasil pemantauan menggunakan pestisida nabatihayati.
- Hama dan penyakit dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan, menanam secara serentak serta mempergunakan pestisida secara selektif. Penggunaan pestisida kimia hanya dilakukan sebagai langkah terakhir, bila ternyata serangan hama dan penyakit belum dapat diatasi.
Panen
Panen tepat waktu dengan benar menjamin perolehan hasil panen secara kuantitas maupun kualitas, yang akan menentukan tingkat pendapatan usahatani padi.
- Panen dilakukan pada saat matang fisiologis yaitu bilamana 95% bulir menguning.
- Padi yang sudah dipotong segera dirontok dapat menggunakan alat perontok thresher menggunakan alas terpal sebagai penampung gabah, atau combine harvester.
- Gabah yang telah dirontok dibersihkan dari kotoran dan jerami, menggunakan blower atau penampi jika menggunakan thresher
- Gabah dijemur hingga mencapai kadar air sekitar 16% (gabah kering simpan/GKS).
- Gabah dikeringkan lagi untuk mencapai tingkat kadar air gabah kering giling (GKG) (14%).
- Gabah dihamparkan merata dengan ketebalan sekitar 5 cm pada lantai jemur atau alas terpal/ plastik tebal, dan gabah dibalik setiap 2 jam.
- Gabah kering dimasukkan ke dalam karung plastik dan diangkut ke gudang untuk disimpan atau ke pabrik penggilingan.
Sumber:
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Balitbangtan Kementerian Pertanian -
Tidak ada komentar untuk "Panduan Teknologi Budidaya Padi SRI"
Posting Komentar